Dewasa ini kebutuhan akan listrik semakin meningkat, hal ini dikarenakan meningkatnya taraf kehidupan masyarakat yang menggunakan peralatan yang bersumber pada listrik. Hal ini tentunya berpengaruh pada jumlah pasokan listrik yang harus dipenuhi. Pembangkit listrik yang ada di Indonesia umumnya menggunakan Pembangkit Listrik dengan sumber energi fosil sebagai bahan bakarnya, batubara contohnya. Saat ini penggunaan batubara dinilai tidak ramah lingkungan karena dapat mencemari udara dan merusak lapisan ozon seperti yang terlihat pada gambar 1. Pembangkit Listrik yang banyak ditemukan di Indonesia umunya juga menggunakan fluida air yang butuh suhu tinggi untuk dapat berubah fase
Gambar 1. Ilustrasi Polusi PLTU (sumber : http://batamnews.co.id/berita-1697-
warga-keluhkan-pencemaran-asap-pltu-blh-debunya-masih-normal.html)
Apakah ada perkembangan teknologi untuk mengatasi hal tersebut?Ada, solusi tersebut adalah dengan dikembangkannya metode yang dinamakan Organic Rankine Cycle atau biasa disingkat dengan ORC. Organic Rankine cycle ini mempunyai perbedaan mendasar dengan Pembangkit listrik konvensional yang berbahan bakar batubara yaitu pada suhu operasi dan fluida kerja. Pada ORC fluida kerja yang digunakan adalah organic dengan suhu operasi bisa dibawah 100 derajat C. Karena suhu operasi yang rendah sehingga memungkinkan penggunakan sumber energi terbarukan seperti biomass dan radiasi matahari.
Pada tahun 2016 saya menangkap peluang penggunaan biomass pada tungku sebagai sumber energi CHP-ORC, dinama panas dari tungku akan dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk Organic Rankine Cycle dan panas buangnya dimanfaatkan untuk mesin Pengeringan. Alhamdulillah ide ini dibiaya KEMENRISTEK dikti pada tahun 2016 untuk tahap awal pembuatan tungku, Heat Exchanger / boiler dan pengering dengan memanfaatkan panas buangnya. Dalam pengerjaan penelitian ini dibantu rekan 1 tim di Divisi TET (Teknik Energi terbarukan) dan 3 orang mahasiswa S1.
Ada 3 kegiatan utama dalam rangkaian kegiatan tahun 2016 tersebut, yaitu :
1. Perancangan Tungku :
Tungku dirancang untuk bahan biomas batok kelapa. Produksi buah kelapa di Indonesia rata-rata 15,5 milyar butir pertahun, total bahan ikutan yang dapat diperoleh 3,75 juta ton air, 0,75 juta ton arang tempurung, 1,8 juta ton serat sabut, dan 3,3 juta ton debu sabut. Industri pengolahan buah kelapa umumnya masih terfokus kepada pengolahan hasil daging buah sebagai hasil utama, sedangkan industri yang mengolah hasil samping buah seperti air, sabut, dan tempurung kelapa masih secara tradisional dan berskala kecil, padahal potensi ketersediaan bahan baku untuk membangun industri pengolahannya masih sangat besar.
Tungku dirancang untuk bahan biomas batok kelapa. Produksi buah kelapa di Indonesia rata-rata 15,5 milyar butir pertahun, total bahan ikutan yang dapat diperoleh 3,75 juta ton air, 0,75 juta ton arang tempurung, 1,8 juta ton serat sabut, dan 3,3 juta ton debu sabut. Industri pengolahan buah kelapa umumnya masih terfokus kepada pengolahan hasil daging buah sebagai hasil utama, sedangkan industri yang mengolah hasil samping buah seperti air, sabut, dan tempurung kelapa masih secara tradisional dan berskala kecil, padahal potensi ketersediaan bahan baku untuk membangun industri pengolahannya masih sangat besar.
Jumlah produksi buah kelapa di Indonesia pada
tahun 2007 mencapai 3.193.300. Dari 1 butir kelapa menghasilkan 12 % tempurung kelapa seperti yang tertera pada tabel 1. Berdasarkan data
di atas maka total biomassa tempurung kelapa dari produksi buah kelapa di
Indonesia mencapai 383.196 ton pertahun 2007. Data jumlah biomassa tempurung
kelapa akan meningkat seiring peningkatan lahan untuk memproduksi buah kelapa
oleh pemerintah. Peningkatan produktivitas buah kelapa dilakukan karena
permintaan konsumen yang memerlukan hasil produksi dari buah kelapa seperti
minyak kelapa untuk kegiatan keseharian.
Tabel 1. Potensi ketersediaan batok kelapa
No
|
Produk
|
Tipe
limbah biomassa
|
Potensi
|
1
|
Padi
|
jerami
|
58%
padi
|
2
|
Gabah
|
sekam
|
20% gabah
|
3
|
Jagung
|
batang
jagung
|
30%
jagung
|
4
|
Jagung
|
daun jagung
|
58% jagung
|
5
|
Jagung
|
tongkol
|
12% jagung tongkol
|
6
|
Jagung
|
kulit jagung
|
6% jagung tongkol
|
7
|
Kelapa
|
serabut
|
35%
kelapa
|
8
|
Kelapa
|
tempurung kelapa
|
12% kelapa
|
9
|
Kelapa sawit
|
serat
|
11-12%
TBS
|
10
|
Kelapa sawit
|
cangkang
|
5-7% TBS
|
11
|
Kelapa sawit
|
tandan
kosong
|
20-23%
TBS
|
12
|
Gula
|
ampas tebu
|
30% tebu
|
Pemanfaatan
tempurung kelapa yang telah dilakukan oleh masyarakat antara lain sebagai bahan
baku kerajinan tangan dan arang aktif. Kenyataannya masih banyak limbah
tempurung kelapa yang belum termanfaatkan. Tempurung kelapa sebenarnya
mempunyai prospek sebagai bahan bakar karena memiliki nilai kalor yang cukup tinggi seperti yang tertera pada gambar 2 sedangkan nilai proximate dan ultimate seperti yang tertera pada tabel 1.
Gambar 2. Nilai Kalor Batok Kelapa
Tabel 2. Nilai Proximate dan ultimate batok kelapa
Rancangan tungku ini dirancang untuk batok kelapa dengan kapasitas 15 kg/jam. Tungku juga dirancang dengan konveyor yang dijalankan dengan motor dengan inverter supaya dapat diatur kecepatannya. Input udara ada 2 yaitu untuk primary and secondary air. Rancangan tungku dan bagian-bagiannya dapat dilihat pada gambar 3 dan 4. video pengujian khusus tungku biomass ini dapat dilihat pada : https://youtu.be/E7JqqIvaZCI
Gambar 2. Nilai Kalor Batok Kelapa
Tabel 2. Nilai Proximate dan ultimate batok kelapa
No
|
Analisis
|
Kandungan (%)
|
Metode
|
1
|
Nilai kalor
|
19783.79
|
kJ/kg
|
Kandungan Proksimat
|
|||
1
|
Kadar air
|
10.87
|
ASTM D 3173
|
2
|
Kadar abu
|
0.44
|
ASTM D
3174
|
3
|
Kadar Volatil
|
70.58
|
ASTM D 3175
|
4
|
Karbon tetap
|
18.11
|
perhitungan
|
Kandungan Ultimat
|
|||
1
|
Kadar air
|
10.87
|
ASTM D
3173
|
2
|
Abu
|
0.44
|
ASTM D 3174
|
3
|
Karbon (C)
|
42.22
|
ASTM D
5373
|
4
|
Hidrogen (H)
|
4.59
|
ASTM D 5373
|
5
|
Nitrogen (N)
|
0.09
|
ASTM D
5373
|
6
|
Sulfur (S)
|
0.25
|
ASTM D 4239
|
7
|
Oksigen (O)
|
41.54
|
perhitungan
|
Rancangan tungku ini dirancang untuk batok kelapa dengan kapasitas 15 kg/jam. Tungku juga dirancang dengan konveyor yang dijalankan dengan motor dengan inverter supaya dapat diatur kecepatannya. Input udara ada 2 yaitu untuk primary and secondary air. Rancangan tungku dan bagian-bagiannya dapat dilihat pada gambar 3 dan 4. video pengujian khusus tungku biomass ini dapat dilihat pada : https://youtu.be/E7JqqIvaZCI
Gambar 3. Rancangan Tungku batok kelapa untuk CHP-ORC
2. Perancangan Heat Exchanger / Boiler :
Heat exchanger yang
dirancang adalah heat exchanger tipe shell and tube. Perancangan dilakukan
dengan geometri peletakan tube secara
horizontal dan sumber fluegas berada diluar.
Panas dari reaktor pembakaran dimanfaatkan untuk menghasilkan gas asap yang
panas yang akan mengalir melalui bagian dalam tube yang selanjutnya mengalirkan panas melalui bagian shell. Heat exchanger hasil perancangan pada bagian shell
memiliki ketebalan 12 mm yang terbuat dari baja dengan diameter 320 mm dan
panjang 900 mm. Bagian tube yang
dirancang sebanyak 17 buah yang terbuat dari tembaga dengan tebal 1.2 mm,
diameter 25.4 mm panjang 940 mm. Bagian sirip dilakukan dengan menggunakan ring
tembaga dengan ketebalan 1 mm dan
bentuk geometri trapezoidal. Tubesheet terbuat
dari tembaga dengan diameter 320 mm dan 400 mm. Pada saluran pipa aliran air
masuk dan keluar digunakan pipa pvc dan pipa besi dengan diameter 25.4 mm. Kaki
penyangga heat exchanger menggunakan besi hollow square dengan tebal 2 mm. Pemilihan
bahan ini dilakukan untuk mendapatkan koefisien pindah panas yang baik yaitu tembaga dan
kekuatan untuk menopang berat heat exchanger yaitu besi hollow square. HE yang dirancang seperti yang terlihat pada gambar 5
Gambar 5. Rancangan Heat Exhanger / Boiler
3. Perancangan Pengeringan
Pengeringan ini akan digunakan untuk mengeringkan enceng gondog.
Pengeringan ini akan digunakan untuk mengeringkan enceng gondog.
Rancangan
struktural adalah analisis dari komponen-komponen alat yang telah dibahas pada
rancangan fungsional. Bentuk, ukuran dan bahan dari masing-masing komponen
ditentukan dari rancangan struktural. Skema proses secara keseluruhan dapat
dilihat Gambar 6 terdiri dari inlet pengering
(1), heat exchanger (2), inlet udara (3), ruang plenum (4), bak
pengering (5), tutup pengering (6), cerobong pengering (7), dan blower (8).
Gambar 6. Rancangan Pengering
Kemudian 3 komponen-komponen utama tersebut dirangkai dan diuji dengan diambil datanya mengunaka data akuisisi. Data akuisisi yang digunakan pada pengambilan data ini adalah National Instrument seperti yang terlihat pada gambar 7.
Gambar 7. Perakitan dan pengujian
Pada gambar 8, 9 dan 10 merupakan hasil pengujian pada tungku, Heat Exchanger dan ruang pengering yang memanfaatkan panas buang. Pada gambar 8 dapat dilihat bahwa pada tungku dapat mencapai 800 derajat C. Sedangkan suhu pada boiler dapat dilihat pada gambar 9 yang bisa mencapai 98 derajar Celcius. Pada gambar 10 merupakan gambar suhu pada ruang pengering yang bisa mencapai 40 derajat Celcius
Gambar 8. Suhu pada tungku dengan bahan bakar Batok KelapaGambar 9. Suhu pada Boiler
Gambar 10. Suhu pada ruang pengering
Untuk dapat membaca detail tentang bagian-bagian penelitian ini dapat dengan membuka file sbb :
- STUDY OF TEMPERATURE CHARACTERIZATION OF AGRICULTURAL WASTE IN THE DEVELOPMENT OF STOVE FOR COMBINE HEAT POWER. Merupakan prosiding seminar internasional I-Trec terindeks scopus dengan link sbb : http://aip.scitation.org/doi/abs/10.1063/1.4979247
- PERFORMANCE OF DRYER USING WASTE HEAT OF EVAPORATION FROM COMBINE HEAT POWER STOVE. Merupakan Prosidding Seminar nasional terindeks google schole denga link sbb : https://www.researchgate.net/profile/Rosyida_Permatasari/publication/312043902_Optimalisasi_Desain_Alat_Penukar_Panas_Jenis_Shell_and_Tube_Heat_Exchanger_Menggunakan_Metoda_Computational_Fluid_Dynamics/links/586c9a0608ae329d621221d5/Optimalisasi-Desain-Alat-Penukar-Panas-Jenis-Shell-and-Tube-Heat-Exchanger-Menggunakan-Metoda-Computational-Fluid-Dynamics.pdf#page=117
untuk keperluan diskusi tentang perancangan tungku / Heat Exchanger dan Mesin pengering dapat menghubungi :
Dr. Muhamad Yulianto, ST., MT
email : muhamad_yulianto@yahoo.com atau yulianto.tegal@gmail.com
Mantap kang, salam kenal...
BalasHapusSiap Pak...terima kasih...Salam kenal juga Pak...
Hapusluar biasa , tapi prof pada tabale 1. tentang nilai kalor saya kurang faham, saya lihat lebih dekat dengan tabel pada link dibawah
BalasHapushttps://4.bp.blogspot.com/-VAHLonp-kZc/Vx5xgYMdJpI/AAAAAAAAA00/J9ZDksTWJOso6FOBWB203oGT3aabGsjpQCLcB/s1600/Nilai%2Bkalor%2Bbiomasa.jpg
Thx bro...Btw apa yg kurang pahamnya di Nilai Kalor?
HapusAlhamdullilah .. luar biasa mas Yuli... Di UM metro juga sedang dikembangkan pengecoran aluminium dengan bahan bakar biomassa. dari hasil yang didapat dari bahan bakar arang kayu jati, arang tempurung kelapa, dan arang cangkang karet ternyata efisiensi thermal dan eff peleburan tertinggi didapat dari arang cangkang karet..
BalasHapusAlhamdulillah Pak kalau ada penelitian ttg RE juga di UM...Mantabs...Sudah dipublikasikan kaj Pak?Maaf, dg Pak siapa ya?
HapusAlat penunjangnya belum ada mas... eko nugroho
BalasHapusyg dimaksudkan alat penunjang alat ukur kah?produk2 alat ukur autonic m krisbow lebih miring pak dan bisa lumayan digunakan...
Hapus