Sudah sejak lama Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Jepang dipimpin oleh Kuasa Usaha Ad-interim Bapak Tri Purnajaya tepatnya semenjak Duta Besar Bapak Arifin Tasrif diminta Presiden Bapak Joko Widodo untuk menjadi Menteri ESDM. Akhirnya pada tanggal 26 Oktober 2020 Presiden Republik Indonesia mengangkat Duta-duta besar RI untuk beberapa Negara termasuk Jepang yaitu Bapak Heri Akhmadi. Dilansir dari Wikipedia, Bapak Heri Akhmadi adalah politisi senior yang sudah lama berkecimpung di dunia Politik Indonesia yang lahir di Ponorogo 67 tahun yang lalu. Beberapa jabatan penting sudah pernah diampu beliau termasuk salah satunya adalah pernah di DPR-RI. Dari Wikipedia juga dapat dilihat latar belakang pendidikan beliau adalah S1 Teknik dari ITB yang kemudian melanjutkan ke American University. Jadi Menurut saya pas banget lah beliau jadi Duta Besar Jepang.
Setelah dilantik oleh Presiden Alhamdulillah akhirnya beliau tiba di Jepang tepatnya di bandara Haneda Tokyo pada tanggal 16 November 2020 pukul 09.15 pagi waktu Tokyo. Karena ada aturan di Jepang semenjak Covid 19 tentang karantina, tidak terkecuali beliau juga harus menjalani karantina mandiri selama 14 hari atau sampai tanggal 30 November 2020. Walaupun lahir sejak 67 tahun yang lalu tapi semangat masih sama seperti para generasi Y (milenia) hal ini terbukti dengan sejumlah agenda langsung beliau jalankan secara daring salah satunya adalah diskusi dengan PPI Jepang. Semenjak jadi mahasiswa dan aktifis mahasiswa memang beliau sangat tertarik di dunia pendidikan terutama pendidikan untuk orang-orang yang kurang mampu jadi bersilahturami secara daring dengan PPI adalah salah satu agenda yang beliau jadwalkan. Pas ketika massa karantina berakhir beliau juga mengundang beberapa elemen masyarakat untuk bersilaturahmi salah satunya adalah dengan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang, DKM masjid Al-Ikhlas Kabukicho dan DKM masjid Nusantara.
Dalam silaturahmi dengan PCINU, DKM Masjid Al-Ikhlas dan DKM Masjid Nusantara. Dalam Pertemuan tersebut PCINU diwakili oleh Dr. Miftakhul Huda selaku ketua PCINU, Abdul Azis, MT selaku Rois Syuriah PCINU Jepang, Wahyu, M-Eng selaku Bendahara sedangkan sekertaris PCINU, Achmad Gozhali, M.Si yang bertempat tinggal di Shizuoka tidak dapat hadir sehingga saya kebetulan diminta mewakili. Wah...tentu hal ini tidak terlewat lah karena sudah terbayang menu-menu Indonesia donk, hahahahah...lol. Tidak ketinggalan pula Ketua LazizNU yang baru, Akhmad Munir, S.ag juga hadir dalam silaturahmi tersebut. Sedangkan dari DKM Masjid kabukicho di wakili oleh Muhammad Arief, M, Eng selaku ketua DKM masjid Kabukicho. Masjid Nusantara sendiri diwakili oleh Mas Santos dan Mas Dito selaku Humas Masjid Nusantara.
Dalam pertemuan tersebut ada 8 point penting yang diharapkan Pak Dubes, Heri Akhmadi ke PCINU Jepang, DKM Masjid Al-Ikhlas Kabukicho, dan DKM Masjid Nusantara. Salah satu diantaranya adalah tentang usaha peningkatan pencatatan atau data base WNI yang ada di Jepang. Untuk hal tersebut, Pak Dubes berharap PCINU, DKM Masjid Al-Ikhlas dan DKM Masjid Nusantara untuk dapat berperan aktif menginformasikan kepada anggota PCINU, jamaah Masjid Al-lkhlas Kabukicho dan Masjid Nusantara untuk segera mengisi pencatatan tersebut. Karena pencatatan ini sangat penting bukan hanya bagi KBRI melainkan bagi WNI sendiri sebagai langkah awal perlindungan Negara terhadap warganya. Jangan sampai kalau sudah ada apa-apa baru lapor, sebaiknya apa-apa dilaporkan dahulu sebelum apa-apa yang tidak diinginkan menimpa WNI, intinya adalah "apa-apa", hehehehe...KBRI sudah berupaya memudahkan pelaporan untuk pencatatan WNI di Jepang salah satunya adalah dengan pembuatan website Peduli WNI KBRI Tokyo, alamat websitenya adalah di : www.peduliwni.kemlu.go.id. Bahkan tidak hanya itu, keseriusan KBRI tentang pendataan terbukti dengan dibentuknya tim Satuan Tugas (SatGas Pendataan) WNI seperti yang terlihat pada gambar 1 dibawah ini. Khusus Jamaah Al-Ikhlas pasti kenal salah satu petugasnya juga merupakan salah satu DKM masjid Al-Ikhlas Kabukicho. So Guys, untuk kenyamanan dan keamanan kita bersama mari kita daftarkan diri kita untuk pendataan WNI di Jepang tersebut.
Gambar 1. Petugas Pendataan Portal Peduli WNI
Issue lainnya yang jadi Perhatian Pak Dubes adalah tantang kondisi frustasi beberapa mahasiswa karena ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan di Jepang. Issue ini didapat sewaktu berdiskusi dengan PPI Jepang dan PPI Jepang sudah mengantisipasi dengan pembentukan divisi tentang konselor untuk hal tersebut. Pak Dubes pun akan mengadopsi ide bagus ini di KBRI dengan pembentukan konselor tetapi untuk cakupan yang lebih luas bukan hanya khusus mahasiswa tapi untuk semua WNI di Jepang termasuk para pekerja dan pemagang, PCINU diharapkan melakukan hal yang sama.
Issue lainnya yang menjadi atensi dari Pak Dubes adalah tentang suguhan keislaman dan kebudayaan yang kiranya bisa menjadi "soft diplomacy" ke Pemerintah Jepang. Pak Dubes mencontohkan Pencak silat atau hadroh seperti yang biasanya dilakukan oleh PCINU itu bagus untuk di liput dan digencarkan di acara-acara yang mengundang Pemerintah Jepang. Menyambung hal tersebut, Dr. Miftahul Huda menimpali dengan agar difasilitasi kebutuhan akan Taman Pendidikan Alquran (TPA) dan tempat latihan pencak silat. TPA, menurut ketua PCINU kebutuhan yang saat ini mendesak karena banyak mahasiswa, pemagang dan pekerja WNI yang datang ke Jepang bersama dengan keluarganya dan jika anak-anaknya tidak dibentengi ilmu agama yang kuat melalui TPA maka dikawatirkan akan mejadi permasalahan di kemudian hari. Pak Dubes pun mengamini hal tersebut dan sependapat dengan Ketua PCINU.
Saya pribadi sependapat dengan Pak Dubes, bahwa soft diplomacy dengan keislaman dan kebudayaan bisa menjadi salah satu media untuk mempererat hubungan dengan Pemerintah Jepang. Masjid Nusantara contohnya, selain menjadi tempat ibadah juga sudah banyak acara-acara keislaman dan kebudayaan islami yang sering diadakan disana. Diantaranya adalah TPA, Yasinan, hadroh dan lain-lain. TPA untuk dewasa dan anak-anak sendiri sebelum COVID melanda sudah sangat rame dan untuk TPA anak-anak pernah berprestasi menjadi juara 2 mading se-Tokyo seperti yang terlihat pada gambar 2. Walaupun masih pandemi pengajian secara daring juga tetap dilaksanakan dengan jadwal seperti yang dapat dilihat pada gambar 3. Kegiatan kekeluargaan pun senantiasa diadakan di Masjid Nusantara dengan makan bersama setelah yasinan dan Sholat Jumat seperti yang terlihat pada gambar 4 tentu karena masih dalam massa pandemi, protokol kesehatan tetap dikedepankan. Kegiatan-kegiatan ini ternyata mempunyai atensi dan ketertarikan tertentu bagi orang-orang Jepang. Hal ini terbukti dengan banyaknya orang Jepang yang bertanya tetang kegiatan tersebut untuk apa, kebudayaan dan agama Islam itu apa dan bagaimana.
Gambar 2. TPA Masjid Nusantara sebelum Pandemi Covid 19
Gambar 3. Jadwal Rutin Pengajian di Masjid Nusantara secara Daring dan off-line
Gambar 4. Foto makan setelah Jumatan sebelum pandemi Covid 19
Begitupun dengan kegiatan-kegiatan di Masjid Al-Ikhlas Kabukicho. Yasinan dan hadrohan menjadi kebiasaan rutin di Majid Al-Ikhlas kabukicho. Seperti kita ketahui bersama masjid Al-Ikhlas Kabukicho merupakan satu-satunya masjid yang unik karena berada di daerah hiburan malam di Tokyo. sehingga kegiatan hadroh dapat dilaksanakan disana tanpa mengganggu sekitar. Jika Bapak/ibu pembaca blog ini di Jepang dan ingin kirim doa untuk orang-orang yang sudah meninggal melalui kegiatan yasinan ini baik di Masjid Nusantara dan Il-Ikhlas pun memungkinkan dengan menghubungi DKM masjid
Gambar 5. Yasinan Masjid Al-Ikhlas Kabukicho
Gambar 6. Latihan tim hadroh di Masjid Al-Ikhlas Kabukicho sebelum COVID
Pandemi Covid 19 memang luar biasa efeknya bagi semua dan kehidupan tidak terkecuali perekonomian. Banyak toko-toko dan warung makan halal sudah banyak bertumbangan di Jepang karena kesulitan pemasukan tidak terkecuali terjadi juga di Masjid-masjid. Pendapatan masjid dari Infaq dan sodakoh yang digunakan untuk menutup kebutuhan harian dan bulanan untuk biaya sewa, kebersihan, gas, listrik dan makanan untuk para jamaah. Maka pada kesempatan tulisan ini saya mengajak bagi para jamaah dan umat Islam di Jepang serta khususnya Pak Dubes beserta jajaran dan stafnya (kalau baca tulisan ini) untuk dapat ikut serta bersodakoh agar masjid-masjid tetap kokoh berdiri dan melayani umat Islam di Jepang. 1000 yen perbulan mungkin tidak berarti bagi para bapak dan ibu karena hanya bisa beli rokok 2 bungkus tapi untuk masjid-masjid ini 1000 yen dari bapak dan ibu sangat berarti untuk kelangsungan keberadaaan masjid dan penyebaran agama Islam. Silahkan bagi bapak dan ibu kalau ingin bersodakah dan turut serta mendukung kegiatan syiar Islam di Jepang ini bisa melalui :
1. Masjid Nusantara
Nama Bank : JP Bank
No Rekening : 11320 - 01371941
Atas Nama : マスジドアキハバラ
Konfirmasi :
nusantaraakihabara@gmail.com
2. Masjid Al-Ikhlas Kabukicho
Nama Bank : JP Post
No Rekening : 10110-94829471
Atas Nama : マスジド カブキチョウ
Konfirmasi :
masjidalikhlaskabukicho@gmail.com
3. LazizNU
Nama Bank : JP Bank
No Rekening : 10160 - 74152901
Atas Nama : ラジスヌ
Konfirmasi :
munir.akhmad7@gmail.com
Terakhir dari saya semoga tulisan ini bermanfaat dan mari kita ikut mensuksekan pendataan WNI di Jepang dengan ikut aktif mengisi di portal tersebut dan menghubungi kontak person di gambar 1 kalau punya kesulitan dalam mengakses maupun mengisi. Dan untuk Pak Dubes, Bapak Heri Akhmadi selamat bertugas semoga dibawah kepemimpinan Bapak KBRI lebih bisa melayani dan menjangkau semua WNI di Jepang.
Untuk keperluan diskusi dan lain-lain bisa menghubungi saya di :
email : muhamad_yulianto@yahoo.com atau yulianto.tegal@gmail.com